Total Tayangan Halaman

Jumat, 19 September 2014

Gapoktannya JUARA, Lha KOK kelompok taninya kelas PEMULA semua


Dalam satu riset tentang organisasi petani dengan Tim, saya menemukan kasus menarik, yang mungkin bagi kebanyakan kita seolah ga ada masalah: Ada satu Gapoktan juara nasional, tapi anehnya 8 kelompok tani di dalamnya kelas rendah semua, yakni kelas PEMULA. Teori dasar berbunyi bahwa Gapbungan Kelompok Tani atau Gapoktan adalah Secondary Level Organization, yang tentu saja  bagus atau jeleknya sangat-sangat bergantung kepada isinya yaitu kelompok tani (Individual Organization). Apa mungkin Gapoktan juara sedangkan semua kelompoktani nya hancur-hancuran?

Masalahnya memang simpel, kita tidak mampu membedakan antara organisasi petani yang tergolong sebagai individual organization dengan yang termasuk secondary level organization. Dalam Permentan 273 tahun 2007 Gapoktan dipahami sebagai ”kelompok tani yang besar”, walau dalam Permentan 82 tahun 2013 yang lebih baru sudah ada sedikit perbaikan. AD/ART kelompok tani bahwkan copy paste persis sama dengan AD?ART Gapoktan.

Kelompok tani adalah individual organization, yaitu organisasi yang anggotanya orang. Sedangkan Gapoktan adalah secondary level organization yang anggotanya individual organization, yaitu kelompok tani, kelompok wanita tani, atau kelompok peternak, dan sejenisnya.

Secondary level organization ada yang menyebut inter-group associations, Small Farmer Gorup Associaton (SFGA), atau adakalanya di literatur lain disebut dengan representatives of groups.  Ia merupakan bagian lanjut dalam kegiatan pengorganisasian petani (a late development in the projects). Ia dikembangkan belakangan setelah individual organization berdiri dan membutuhkan organisasi yang lebih tinggi untuk mengkoordinasinya. Dalam FAO (2002), SFGA didefinisikan sebagai: ” … is a local-level, informal, voluntary and self-governing association of small farmer groups (SFGs). It is created and financed by the individual members of its affiliated groups to provide them with services and benefits that help improve their economic and social conditions. This means that an SFGA is a secondary level organization of small farmer groups.”

Maksudnya adalah ini sebuah organisasi yang posisinya berada di atas individual organization, yang berperan sebagai koordinator, menyatukan kegiatan dan sumberdaya, melayani kebutuhan organisasi, dan mewakili segala kebutuhan organisasi ke luar. Gapoktan merupakan intergroup associaton untuk kelompok tani dan KWT di satu desa, sedangkan koperasi sekunder merupakan intergroup associaton untuk koperasi-koperasi primer di satu wilayah.

Jadi Bro, hanya kelompok tani yang mampu menunjukkan kematangan (sebutlah sudah kelas MADYA atau UTAMA) yang siap untuk membentuk atau bergabung dengan SFGA (= Gapoktan). Kelompok tani yang semuanya masih kelas pemula bahkan tidak “berhak” membentuk Gapoktan. Nah, apalagi lalu Gapoktannya juara pula. Jelas, indikator penilaian Gapoktan ini perlu dipelajari lagi. ******

Jumat, 01 Agustus 2014

Mengukur Karakter Sosial Ekonomi Organisasi Petani


Socioeconomic characteristics of the farmer organizations diukur melalui TIGA kelompok variabel berikut:

Satu, Market access variables. Diukur atas jaraknya terhadap 3 variabel yaitu jarak ke jalan utama (To the main road), jarak ke pasar desa (To village market), dan jarak ke pasar utama (To main market)

Dua, Group characteristics. Karakter kelompok diukur dari 4 variabel yaitu: umur kelompok (Age of group) dalma tahun,  ukuran kelompok (Size of the group) yakni berapa orang anggotanya, rata-ratap penidikan anggotanya (Mean members education) dalam tahun, dan umur dari pimpinan kelompok (Age of leader) dalam tahun.

Tiga, Social capital indicators (indikator modal sosial) yang dikukur dalam %. Ada 6 variabel yang dikumpulkan disini yaitu: Density of membership, Group diversity index, Decision-making index, Solidarity index, Meeting attendance, dan Trust index.

*****

Mengukur Social Capital


Social capital = dimaknasi sebagai groups, jaringan, norma dan kepercayaan yang dimiliki untuk kegiatan-kegiatan produktif.

Ada banyak cara mengukur modal sosial. Sebagai contoh Grootaert (C. Grootaert, Does social capital help the poor?, A synthesis of findings from the local level institutions studies in Bolivia, Burkina Faso, and Indonesia, Local Level Institutions Working Paper No. 10, World Bank, Social Development Department, Washington D.C, 2001), membedakan antara structural and cognitive social capital.

Indikator structural social capital = mencakup density of membership to local associations, diversity of members in the rural producer organizations, frequency of attendance to rural producer organization’s meeting and level of democracy in decision making.

Density of membership diukur dari jumlah local associations dimana rumah-rumah tangga menjadi anggotanya. Internal diversity of the organization diukur dengan 7 kriteria yaitu = diversity in neighborhood, family/ kinship group, age, denomination, income group, gender and tribe. Frekuensi kehadiran dalam pertemuan kelompok menggunakan 3 skala = “never”, “sometimes” and “always”.

Tingkat demokratis pembuatan keputusan = apakah diputuskan hanya oleh pengurus, atau melibatkan anggota. Pilihannya adalah  “decisions made by management only”, “decisions made by management in consultation with members” and “decisions made by members consensus”.

Indikator cognitive social capital = berupa trust and solidarity antar anggota.

Kepercayaan = diukur dalam hal yang umum dan khusus. Hal umum dengan melemparkan pertanyaan: apakah anda percaya kepada sebagian besar orang di kelompok ini? Untuk yang khusus diduga melalui pertanyaan dengan terhadap berbagai pihak yaitu = dalam keluarga, fellow farmers, pemimpin agama, anggota rural producer organizations, pimpinan politik, pedagang, dna teman-teman.

Level of solidarity = what the household would receive or give out in times of famine. Five items that the household would help other needy households with or receive during drought or famine are seed, grain, other food items (including cooked food), clothes and cash.

*****